Don't miss

Senin, 09 Mei 2016

Dari Mi'raj Rasulullah, Hingga Suriah, Wajah Perjalanan Manusia


By on Mei 09, 2016

Saya sadar, ada yang tak suka bila Isra Mi'raj nya Rasulullah saya kata kan sebagai rihlah nya beliau dari kepahitan dan duka cita. Bagaimana tidak, belum lah masuk bilangan lama ketika Rasulullah di tinggal orang-orang tercinta. "Sandaran" dalam menghadapi getirnya perjalanan sebuah dawah. Berat nya beban sebuah Risalah. Berimbas pada semakin mengganasnya para musuh-musuh Allah yang telah berani menyentuh tubuh mulia. Ahh....

Di tahun yang hebat nya lapar nyaris melumatkan asa. Wahyu yang lama turun menhampirinya. Sebagai penghibur dikala lara melanda. Entahlah bagaimana bila segala beban kesulitan itu menimpa manusia sekelas saya. Tak sanggup walau sekedar membayangkan nya saja.

Di moment yang seperti takdir mencubit nurani keimanan kita. Kita dipaksa menyaksikan sebuah tragedi yang sudah sangat menyesakkan panggung berita dunia. Suriah. Negara belahan Asia nun jauh di sana.

Ada parade kenistaan diluar kemanusiaan melanda sebuah peradaban manusia. Suriah adalah tempat segala duka cinta bertumpuk di sana. Negeri indah yang hancur di lumat sang durjana penganut Syiah. Manusia tanpa jiwa. Iblis yang mendiami raga yang kesana-kemari berjalan tanpa rasa. Mereka telah mati sebelum mati.

Peradaban itu telah koyak. Luluh lantak. Nyaris binasa. Tinggal sisa-sisa peradaban yang mencoba mengetuk jiwa saudara-saudara satu tubuh yang terserak di belahan dunia. Menjawil nurani yang tersisa di gilas ke ego an gaya hedonisme yang tak kalah dahsyat nya menerjang sosok-sosok mu'min di penjuru dunia. Suriah seolah berkata, " Saksikanlah kami saudaramu. Menoleh lah sedikit saja. Di sini tempat nya sebuah dongeng tentang manusia yang memakan bangkai bahkan tikus dan kucing menjadi kenyataan. Di sinilah kira nya tempat dimana ada sekumpulan orang meminta dirinya di samakan saja dengan hewan peliharaan. Berharap agar ada perlakuan kasih sayang seperti yang sering terdengar. Inilah kira nya harga sebuah kemanusiaan lebih rendah dari binatang peliharaan bahkan satu pot tanaman hias kesayangan "

Suriah adalah wajah duka cita. Episode menyedihkan sebuah tragedi peradaban Islam di bumi tercinta.
Kita tak berdaya. Suriah tak berdaya. Dunia bungkam seribu bahasa.

Akan kah Allah memperjalankan kita ???
Memperjalan kan ruh keimanan, dan jasad yang lelah mengejar dunia ??
Sungguh sampai dimana perjalanan kita ?? Misi kita sebagai pengemban risalah di bumi Ilahi ??
Misi kita sebagai khalifah yang dari sejak awal kita di ciptakan dari pertama kali ??

Kemana kira nya Allah membawa kita bertamasya
Apakah hanya di sana
Negeri-negeri dalam pembantaian orang-orang kafir yang digjaya. Mencabik-cabik kehormatan saudara-saudara kita. Dan kita hanya diam menyaksikannya.

Tiap tahun kita menapaktilasi sepenggal perjalanan Rabbaniyah kekasih mulia Rasulullah. Tapi kita tetap tak sadar pada sebuah episode perjalanan panjang sebuah keimanan. Bagaimana ia akan membaca , mendengar dan menyusuri mata batin kita untuk sekedar bertanya, " sampai dimana mi'raj kita ?? "

Sampai dimana keimanan kita di uji sebagai pembuktian. Dan akhirnya terbentur sampai kepada doa dan donasi seadanya.

Allah yang akan memenangkan agamaNya. Allah yang akan memberi kejayaan dawah di jalan Nya. Pun ketika pilihan yang Dia berikan di sodorkan. Mana yang akan di pilih , arak atau susu ???
Sama ketika Rasulullah di sodorkan pilihan yang sama. Bagaimana beliau memilih adalah uswah. Dan kita kini juga berada di pilihan yang sama. Berlibur atau berdonasi ??
Apa yang kita pilih akan menentukan perjalanan kita berikutnya. Mi'raj "bertemu" Allah atau kembali ke perjalanan kita yang biasa di tempuh kebanyakan manusia. Padahal kita tau, kebanyakan manusia menyesatkan di muka bumi.

Ya Rabb...
Ampunilah wajah-wajah kami
Wajah-wajah saudara kami di bumi manapun mereka berdiri
Engkau lah sebaik-baik pemberi perlindungan
Engkaulah sebaik-baik pemberi naungan

Angkatlah derajat mereka yang tertindas dan teraniaya di sisi mu
Perjalankan mereka dengan keangungan "Mi'raj" Mu
Sebab di dunia ini tak ada perjalanan seindah perjalanan hikmah Mu

Duka cita akan di angkat
Pena telah di cabut
Risalah telah terukir
Perjalanan kita belumlah berakhir

Hasbunallah wa ni'mal wakiil...

Sri Suharni

Hanyalah seorang Emak alias Ibu yang masih memiliki kesempatan di dunia fana ini untuk bisa terus meneruskan tradisi dalam kebaikan meski via sederetan tulisan yang ringan ini

0 komentar :

Posting Komentar