Don't miss

Selasa, 26 April 2016

Kacang Yang Mengumpulkan Kulit


By on April 26, 2016

Di sebuah hajatan seorang binaan majelis talim di Ciketing Udik, " Apa kabar bu sriii....kangen banget. Kemana aja sih bu ???

" Bu srii...saya udah 3 kali bolak balik kerumah. Mau anter undangan sekalian ngobrol-ngobrol gitu....tapi bu sri ga ada terus. Ya udah terpaksa undangannya saya titipin...."

" Fir, kapan sih elo punya waktu buat gw ?? Kayak dulu ???

" Yaaass....gw bingung dah ama elo. Mau ketemu susah banget. Elo sehat ??"

" Bu sri sekarang cuman bisa di ajak ngomong di whats app doang...."

"........"


Sebelum 2015


" Fir, ada dirumah ?? "

" Ada...gw lagi setrika "

" Ya udah..gw kesono ya. Gw mau cerita ama elo..."

Dan sementara saya setrika baju, si temen masak sayur asem dan goreng tahu di rumah saya, sambil curhat masalah anak nya.....

Sejak 2015, saya bangga banget dengan predikat pengacara , pengangguran banyak acara. Senin sampe ahad full. Yang saya sendiri ga tau kenapa bisa begitu jadi nya. Tau-tau, setiap hari ada aja yang saya kerjakan. Selain ngurus urusan domestik rumah dan anak-anak.

Sejak sepuluh tahun saya tinggal di komplek ini, saya yang ga kenal dengan siapapun pada mula nya. Dipertemukan Allah dengan mama yolan, mama wanda, mama bebel, mama yosi dan mama-mama yang lain di TK tempat anak kedua saya, Fira sekolah.

Pas ketemu tempat melingkar, saya kenal Bu May, bu Dini, bu meri dan bu-ibu yang lain, akhwat sholihah yang hebat luar biasa.

Ketika memulai debut pertama ngisi majelis talim, saya kenal dengan mak elly, mak leny, mak hamid, mak ninis, mak risni, teh anju, mbak sarmi...dan emak-emak lain di ciketing udik.
Ketika Ayyash mulai sekolah, saya kenal mama desry, silvana, panca, kastiah, mama dwi dan banyak lagi lintas Bekasi dan Cileungsi.

Melingkar di kota Bekasi, saya kenal akhwat lintas Bantar Gebang- BTR dan dukuh zamrud mustika jaya.

Akhir 2014 ketika saya pindah melingkar ke Setu, saya kenal akhwat Relife Greenville, ibu-ibu Majelis talim perumahan Harvest City, akhwat Cikarageman, GMM, GSP yang ga mungkin saya sebut satu-satu kayak sensus.

Dari sinilah saya mulai melalaikan sahabat-sahabat saya yang tergolong awalun. Alasan saya waktu itu, begitu banyak amanah baru yang berdatangan, dan saya harus tunaikan. Maka saya merasa punya hujjah syari buat melambaikan tangan. Mereka ga akan marah lah, karena saya sibuk dengan umat.


Hiks...


Akhir bulan lalu saya demam, dan nyeri perut yang luar biasa. Dalam kondisi seperti itupun, saya ngotot pecicilan dengan alasan amanah. Hingga kadang melahirkan rusuh-rusuh kecil dirumah dengan suami. Beliau ingin saya istirahat. Ga salah, sumpah...

Demam yang turun naik, membuat kondisi badan saya susah stabil. Akhirnya, banyak agenda yang saya kurangi dengan sengaja, atau terseleksi secara alamiah.

Tapi, di luar dugaan saya, saya jadi punya banyak waktu dengerin sahabat saya yang dulu curhat di rumah. Tetangga yang lama ga saya dengar ceritanya. Beres-beres koleksi buku yang bertebaran dimana-mana. Laci, tas , depan tipi, bawah bantal. Ciaahhh....

Bahkan baca-baca catatan lama dibuku materi liqo. Ahh..betapa banyak yang telah saya lewatkan.

Dulu, waktu saya sering bertemu dengan teman-teman saya itu, silaturahmi sambil bawa dagangan ‪#‎ehem‬, saya banyak dengerin cerita mereka. Keliling tiap hari, berganti orang, berganti cerita. Ada banyak nuansa yang saya temukan dalam perjalanan itu. Percaya atau tidak, meskipun hidup saya banyak masalah, saat itu, saya seperti tak pernah galau....!!!! Maha suci Allah.

Benarlah kata Murabbi saya waktu itu, ketika kita mengadu pada Allah bagaimana beratnya masalah yang kita alami, lalu datang kepada kita seseorang yang mengadukan masalah beratnya kepada kita.
Saat itulah, Allah menjawab segala keluh dan doa kita.

Rasanya, saya bersyukur dengan kesehatan saya yang terganggu kali ini ( semoga seterusnya ). Saya jadi menemukan irama hidup saya kembali. Hidup yang dinamis, hidup yang bener-bener "hidup" dan menghidupkan.

So, saya ga akan melewatkan kesempatan saya yang kedua ini. Sebagai berkah dan tanda kasih sayang Allah kepada saya. Alhamdulillah. Besar rasa syukur saya kali ini.

Maka, kalo ada istilah kacang lupa kulitnya. Maka ibarat kacang, saya akan mengumpulkan kembali kulit-kulit yang sempat berserakan di perjalanan hidup saya kemarin. Kulit-kulit itu bagi saya bukan sampah. Tapi saksi hidup perjuangan saya menapaki jalan takdir. Kulit yang boleh jadi lebih berharga nilai nya dari kacang itu sendiri. 😃

Kalo kata syaikh tarbiyah mah, kembali kepada kancah dimana saya di bangun....

***kacang kulit...kacang kulit
Tarahu tahu...tarahu tahu
Telor asiin...

***hawa mudik udah terasa yak....

Sri Suharni

Hanyalah seorang Emak alias Ibu yang masih memiliki kesempatan di dunia fana ini untuk bisa terus meneruskan tradisi dalam kebaikan meski via sederetan tulisan yang ringan ini

0 komentar :

Posting Komentar